Terapi untuk Caleg Stres karena Kalah Pemilu
KOMPAS.com -- Pemilihan umum untuk anggota legislatif
akan menentukan siapa saja yang berhak mendapatkan kursi sebagai wakil
rakyat. Di sisi lain, pemilu juga akan menyisakan caleg yang gagal.
Kegagalan tersebut dapat menjadi pemicu stres, bahkan dapat berujung
pada gangguan jiwa.
Setiap orang memang berpotensi mengalami
gangguan jiwa jika dihadapkan pada tingkat stres yang tinggi sementara
daya tahannya rendah. Pengusaha, karyawan biasa, hingga caleg. Bahkan
jika ada bakat genetik, diputuskan pacar pun bisa gangguan jiwa.
Kerentanan seseorang mengalami stres bahkan gangguan jiwa memang
dipengaruhi banyak hal. Kepribadian, gen, dan pengalaman masa lalu juga
akan memengaruhi bagaimana cara kita mengatasi situasi yang menimbulkan
stres itu. Penggunaan narkoba dan juga kecelakaan yang menyebabkan gegar
otak bisa berkontribusi pada kerentanan seseorang pada stres.Dokter
spesialis kejiwaan dari RS Omni Alam Sutera, Andri, mengatakan, siapa
pun yang mengalami gangguan jiwa tentu membutuhkan pertolongan medis. Ia
pun menjelaskan pilihan terapi yang dapat dijalani.
"Secara umum, ada dua pilihan terapinya, yaitu dengan obat dan psikoterapi," kata Andri saat dihubungi Kompas Health, Selasa (8/4/2014).
Terapi obat, jelas dia, dapat mengembalikan fungsi normal otak.
Gangguan jiwa merupakan hasil dari ketidakseimbangan sistem dari otak,
sehingga pemberian obat dapat mengembalikan keseimbangannya.
Namun, terapi obat antidepresan tidak dapat diberikan tanpa resep
dokter sehingga sebelum memulai terapi pasien perlu melakukan konsultasi
dengan dokter.
Terapi kedua adalah psikoterapi, yaitu melakukan perbaikan pada aspek
kognitif dari pasien. Andri menjelaskan, terapi psikoterapi menekankan
pada perubahan cara berpikir dan beradaptasi.
"Misalnya kalau sebelumnya kegagalan dinilai sebagai sesuatu yang
sangat buruk, melalui psikoterapi cara berpikir ini diubah. Maka
kegagalan tidak lagi dipikir buruk, tetapi sebagai hal yang lumrah
terjadi di kehidupan," jelas Andri.
Kedua terapi tersebut, imbuhnya, dapat dijalani salah satu saja,
ataupun kombinasi, tergantung dari tingkat keparahan dan gejala yang
dialami oleh pasien. Menurut Andri, untuk mendapatkan hasil yang
optimal, maka terapi kombinasi adalah pilihan yang terbaik.
Terlepas dari terapi yang mungkin bisa dilakukan, Andri menekankan
pada pentingnya mengelola stres agar tidak berujung pada gangguan jiwa.
"Mengelola
stres itu merupakan proses pembelajaran, maka tidak semua orang mampu
melakukannya. Namun kiat yang dapat dilakukan untuk mengelola stres
dengan baik adalah dengan berpikir positif dan bersikap toleran,
menerima kegagalan," pungkasnya.