Nasional
Ketika Seorang Sahabat Menjadi Presiden .
Selasa, 21/10/2014 08:00 .
Menyaksikan seorang sahabat menjadi presiden, tentu memberikan
perasaan tersendiri bagi pengasuh Pesantren Al-Qur’aniyy Solo, KH Abdul
Karim.
Saat diwawancarai salah satu stasiun TV swasta, Senin (20/10), kiai
yang akrab disapa Gus Karim itu menceritakan kisah mereka, ketika
Presiden Joko Widodo (Jokowi) hendak mencalonkan diri menjadi menjadi
presiden, beberapa bulan silam.
“Sesaat sebelum pengambilan nomor urut, Jokowi sempat bertanya
melalui SMS kepada saya, tentang wiridan apa yang perlu dibaca,” kata
Gus Karim yang pernah menjadi ketua tanfidziyah PCNU Kota Surakarta,.
“Gus, apakah wiridannya itu perlu dibaca? Saya jawab, ya perlu dibaca wiridan itu,” kata Gus Karim tanpa menyebut wirid apa yang diijazahkannya ke Jokowi.
“Esoknya beliau kembali menghubungi saya , Gus saya dapat nomor dua. Saya jawab, ya itu, salah sendiri cuma tanya lewat SMS, tidak sowan langsung,” ujar Gus Karim menirukan pembicaraanya dengan Jokowi.
Pengasuh Majelis Dzikir dan Shoalwat Jamuro itu juga memiliki panggilan tersendiri kepada Jokowi. “Dari dulu saya memanggilnya dengan sebutan ‘Pak Wali’. Bahkan, ketika sudah menjadi Gubernur. Tapi ndak tahu kalau sudah jadi presiden sekarang,” katanya sembari terkekeh.
Kata Gus Karim, Jokowi itu punya tiga nama panggilan, “Pertama yoqowiyu, ini panggilan dari mereka yang terlalu mengidolakan. Adapula yang memanggilnya dengan biasa Jokowi, seperti saya. Lain lagi dengan yang tidak senang, memanggilnya dengan jo kui (jangan yang itu).”
Jokowi dan Jamuro .
Pada kesempatan lain, Gus Karim juga pernah mengungkapkan, sosok
Jokowi yang ikut membesarkan jamaah Sholawat di Solo bersama Jamaah Muji
Rosul (Jamuro). Menurutnya, Jamuro tak lepas dari Jokowi.
“Saat Jokowi naik, mulai saat itulah Jamuro naik. Akhirnya kami pun meminta Jokowi untuk menjadi penasihat Jamuro.”
Gus Karim menceritakan “ledakan” jemaah Jamuro terjadi seusai mereka
berkegiatan di Lodji Gandrung, Rumah Dinas Walikota Solo. “Sebelum Pak
Jokowi ngunduh Jamuro di Lodji Gandrung jemaah sekitar 100 - 200 orang
setelah itu semakin banyak. Sekarang jemaah bisa mencapai 2.000-3.000
orang jika Jamuro mengadakan pengajian,” ucapnya.
(Ajie Najmuddin/Anam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar