Sudah Banyak Energi Tertumpah, Lalu Apa? .
Proses pemilihan presiden dan wakil presiden atau pilpres 2014 telah
menguras cukup banyak energi warga nahdliyin. NU memang bukan partai
politik. Namun dalam pelaksanaan pilpres kali ini, NU bahkan sering
kelihatan lebih sibuk dibanding partai politik itu sendiri yang sudah
cukup lelah setelah menghadapi pemilu legislatif.
Hal itu bisa dilihat dari aksi penggalangan dukungan yang dilakukan
oleh para tokoh NU dan kiai pesantren yang melibatkan warga nahdliyin
secara masif. Umumnya, para pengurus NU atau pengasuh pondok pesantren
yang terlibat aktif dalam aksi dukung-mendukung calon tertentu itu
menyatakan bahwa mereka itu bertindak atas nama pribadi. Namun tidak
bisa dipungkiri bahwa aktivitasnya di dalam organisasi NU atau
ketokohannya di lingkungan pesantren itu cukup melekat dalam pribadi
yang bersangkutan.
Pilpres 2014 kali ini memang sangat menarik, atau bahkan bisa
dikatakan menegangkan, karana hanya diikuti oleh dua kontestan dan hanya
dilakukan satu kali putaran. Pemilihan presiden secara langsung yang
dilakukan pertama kali pada 2004 lalu diikuti oleh lima kontestan dan
kelimanya melibatkan unsur NU di dalamnya, sehingga banyak pengamat
menyebutnya “all the NU man”. Pilpres 2014 kali ini tidak
menempatkan tokoh-tokoh NU sebagai calon yang berhadap-hadapan, namun
para pendukung atau tim sukses kedua kubu melibatkan banyak sekali tokoh
NU dan kiai pesantren dan bisa dikatakan cukup berimbang. Para tim
kampanye yang didukung oleh berbagai lembaga survei juga tidak bisa
memungkiri bahwa NU menjadi variabel penting dalam menentukan kemenangan
calon presiden dan wakil presiden baru. Kedua kubu menempatkan tokoh NU
sebagai “daftar belanja pemain” sehingga persaingan menjadi cukup
serius melibatkan warga nahdliyin.
Tidak sekedar saling dukung-mendukung atau doa-mendoakan dan memakai
berbagai simbol tradisi keagamaan sebagai material kampanye, sebagian
tim sukses bahkan tidak bisa menahan diri dengan menerbitkan surat
instruksi atau memasang spanduk bertuliskan fatwa wajib memilih atau
haram memilih calon tertentu atas nama tokoh atau kiai tertentu. Bahkan
instruksi itu juga sampai dibumbui hasil istikhoroh atau isyarat langit
dan sejenisnya. Para tim sukses membuat situasi seolah-olah sedang
genting sehingga harus memenangkan calonnya masing-masing.
Proses pilpres juga melibatkan cara-cara kampanye negatif, bahkan
kampanye hitam atau fitnah yang melibatkan kedua kubu yang sedang
bersaing, bahkan sempat menyinggung-nyinggung sentimen SARA. Sementara
persaingan itu juga didukung oleh stasiun televisi nasional yang
memosisikan diri secara berhadap-hadapan dan mengeksploitasi berbagai
isu yang menyudutkan satu sama lain. Persaingan antarwarga dan pendukung
sekarang ini juga difasilitasi oleh berbagai media sosial modern
seperti facebook dan twitter sehingga menambah tensi ketegangan, dan
nyaris berlangsung selama 24 jam. Di bulan Ramadhan, barangkali tensi
persaingan menurun hanya pada saat berbuka puasa. Setelah itu persaingan
dimulai lagi.
.http://emhashodik99.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar