Jumat, 24 Oktober 2014

P A C GP ANSOR , Rungkut .

Risalah Redaksi   ,


Sudah Banyak Energi Tertumpah, Lalu Apa?  .











Proses pemilihan presiden dan wakil presiden atau pilpres 2014 telah menguras cukup banyak energi warga nahdliyin. NU memang bukan partai politik. Namun dalam pelaksanaan pilpres kali ini, NU bahkan sering kelihatan lebih sibuk dibanding partai politik itu sendiri yang sudah cukup lelah setelah menghadapi pemilu legislatif. 

Hal itu bisa dilihat dari aksi penggalangan dukungan yang dilakukan oleh para tokoh NU dan kiai pesantren yang melibatkan warga nahdliyin secara masif. Umumnya, para pengurus NU atau pengasuh pondok pesantren yang terlibat aktif dalam aksi dukung-mendukung calon tertentu itu menyatakan bahwa mereka itu bertindak atas nama pribadi. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa aktivitasnya di dalam organisasi NU atau ketokohannya di lingkungan pesantren itu cukup melekat dalam pribadi yang bersangkutan.  


Pilpres 2014 kali ini memang sangat menarik, atau bahkan bisa dikatakan menegangkan, karana hanya diikuti oleh dua kontestan dan hanya dilakukan satu kali putaran. Pemilihan presiden secara langsung yang dilakukan pertama kali pada 2004 lalu diikuti oleh lima kontestan dan kelimanya melibatkan unsur NU di dalamnya, sehingga banyak pengamat menyebutnya “all the NU man”. Pilpres 2014 kali ini tidak menempatkan tokoh-tokoh NU sebagai calon yang berhadap-hadapan, namun para pendukung atau tim sukses kedua kubu melibatkan banyak sekali tokoh NU dan kiai pesantren dan bisa dikatakan cukup berimbang. Para tim kampanye yang didukung oleh berbagai lembaga survei juga tidak bisa memungkiri bahwa NU menjadi variabel penting dalam menentukan kemenangan calon presiden dan wakil presiden baru. Kedua kubu menempatkan tokoh NU sebagai “daftar belanja pemain” sehingga persaingan menjadi cukup serius melibatkan warga nahdliyin.

Tidak sekedar saling dukung-mendukung atau doa-mendoakan dan memakai berbagai simbol tradisi keagamaan sebagai material kampanye, sebagian tim sukses bahkan tidak bisa menahan diri dengan menerbitkan surat instruksi atau memasang spanduk bertuliskan fatwa wajib memilih atau haram memilih calon tertentu atas nama tokoh atau kiai tertentu. Bahkan instruksi itu juga sampai dibumbui hasil istikhoroh atau isyarat langit dan sejenisnya. Para tim sukses membuat situasi seolah-olah sedang genting sehingga harus memenangkan calonnya masing-masing.

Proses pilpres juga melibatkan cara-cara kampanye negatif, bahkan kampanye hitam atau fitnah yang melibatkan kedua kubu yang sedang bersaing, bahkan sempat menyinggung-nyinggung sentimen SARA. Sementara persaingan itu juga didukung oleh stasiun televisi nasional yang memosisikan diri secara berhadap-hadapan dan mengeksploitasi berbagai isu yang menyudutkan satu sama lain. Persaingan antarwarga dan pendukung sekarang ini juga difasilitasi oleh berbagai media sosial modern seperti facebook dan twitter sehingga menambah tensi ketegangan, dan nyaris berlangsung selama 24 jam. Di bulan Ramadhan, barangkali tensi persaingan menurun hanya pada saat berbuka puasa. Setelah itu persaingan dimulai lagi.
.




http://emhashodik99.blogspot.com/ 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar